Join The Community

Senin, 05 Juni 2017

Fakfak Island

Tanah papua merupakan gugusan pulau-pulau nusantara yang nampak terkenal dengan istilah daratan burung cendrawasi yang tersebutkan mengenai kisah philosofi disana jika kita menguliti satu persatu sejarah terjadinya daerah itu.(asumsi ).  Seperti halnya fakfak yang letaknya bagian paruk burung cendrawasi, sangat dekat dengan bibir pantai laut lepas seram. 

Saya termaksud orang beruntung, pertama kali menginjakkan kaki didaratan itu, saya langsung buru-buru ingin difoto dengan wanita cantik fakfak karena mereka memakai pakaian tradisonal dengan burung cendrawasi dikepala mereka.  Ini merupakan hal yang istimewa buat saya terlebih lagi kita disambut oleh kehangatan tradisi nenekmoyang SATU TUNGKU TIGA BATU yang bergelimang pesona wisata suasana malam fakfak dalam usaha untuk menyatukan tiga kenyakinan Agama yakni Islam, Kristen, Hindu, didaratan itu. Sekalipun parade kebudayaan sifatnya sekilas namun itu telah membekas diingatan saya jika mengenang daratan kota pala tersebut dimana ada untaian keihklasan untuk melihat sisi lain dari daratan indonesia yang kadang-kadang diterpa oleh bisikan kenyakinan bahwa negeri ini sudah tidak ada tempat bagi mereka yang mengatakan kita ini Bhineka tunggal Ika.

keunikan tradisi Satu Tungku Batu Tiga telah membawa rasa penasaran saya untuk meneliti bagaimana sifat sejarah masyarakat disana. Dikisahkan bahwa daratan fakfak dahulunya telah dihuni oleh berbagai macam suku New Guinea namun sekalipun demikian yang berkuasa total atas suku-suku itu sebagai raja dan bangsawan hanyalah dari klan IHA dan BAHAM, jadi kedua klan ini kemudian membentuk kolona yang nanti mendirikan kerajaan-kerajaan kecil yang bersifat otonom untuk mengadministrasikan pelanyanan raja kepada rakyat-rakyat suku, dan penentuan raja disetiap kerajaan-kerajaan kecil menggunakan sistem Noken (musyawarah) yang dikendalikan oleh kedua Klan tersebut. 

Namun ketika islam masuk abad 17 kerajaan-kerajaan kecil seperti kerajaan Waigeo, kerajaan misool, kerajaan Salawati, kerajaan Sailolof, Kerajaan Fatagar, kerajaan atiati, Sekar, Patipi, Onim, Arguni, Wertuar, kerajaan Kowiai, Aiduma dan Kaimana mengalami perombakan yang disesuaikan dengan sistem sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi eksistensi klan Iha dan Baham sebagai bangsawan daerah tersebut meskipun secara antropologi bahasa kebudayaan Fakfak dari Klan Iha  masih dapat kita jumpai dan digunakaan sebagai tradisi lisan oleh masyarakat.

Namun tradisi islam yang begitu kental juga tidak menghilangkan agama kristen dan hindu yang masih lengket dimasyarakat bahkan sekalipun aspek modernisasi yang tumbuh dikota tersebut. Hampir setiap tahun pemerintah bersama lembaga adat mengadakan parade budaya Satu Tungku Tiga Batu sebagai simbol bahwa kitorang baku saudara dalam satu rumah, kita tetap kokoh dan saling menggenggam tangan satu dengan lainya. itulah mungking orang-orang ditanah fakfak tetap rukun, tidak ada pertikaian, dan sangat beda dengan masyarakat Jakarta dan daerah papua lainya yang muda diprovokasi oleh Agama mereka.

Dan inilah satu satu keunikan orang Fakfak yang membuat saya tertegun bersama dengan jeramih-jeramih indentitas masyarakat melalui warna pelangi kulit hitam, kulit putih, rambut lurus dan rambut keriting mereka tetap ramah yang 100% berbeda dengan asumsi saya bahwa orang papua itu kasar.
jika libur akhir pekan sepertinya fakfak merupakan salah satu daerah yang wajib dikunjungi, saya jamin kalian akan merasakan sensasi budaya dan alam yang begitu indah untuk dieksplor.