
Ironisnya sekalipun reformasi telah membuka dada atas keterbukaan informasi publik namun para sejarawan belum mampu memuaskan dahaga dan menjadi tumpuan untuk menemukan titik temu dari benang sejarah bahwa sesungguhnya apa yang terjadi ditahun 1964 adalah SALAHNYA ORANG INI ATAU JENDERAL ITU.??. Saya mengharapkan ada pernyataan yang tegas seperti itu supaya tidak mengundang alibi baru atau informasi fiktif pada generasi diabad reformasi.
Dibulan september 2017 menjadi contoh bagaimana pertanyaan harus dijawab???
Banyak media swasta memberitakan intruksi Pimpinan komandan Petinggi Negera untuk nonton bareng FILM G30S PKI yang didaur ulang. Yang menjadi kontrovesi adalah banyak pihak menilai bahwa film G30S PKI hasil rekayasa Orde baru yang ingin menyingkirkan musuhnya sehingga Ideologi komunis tidak memiliki ruang pergerakan di Indonesia. Manager Advokasi HAM ASEAN dari Huma Right Working Group Daniel Awigra mengatakan "Film yang diproduksi jaman orba itu meninggalkan banyak problem, Film penumpasan G30s PKI dibuat sebagai alat propaganda Orde Baru".dikutip dari website Tirto.Id. Pemerintah Orba berambisi menghabisi lawan-lawan politiknya terutama partai komunis indonesia (PKI), ujarnya.
Saya sebagai orang awan merasa bingung terutama terkait Wacana Jokowi untuk membuat ulang films G30S PKI karena sejatinya kejadian 30 september harus mengalami penjernihan sejarah terutama menangkap fakta yang sebenarnya. Tentunya kita tak ingin menjadi korban HOAX yang terus berkelanjutan. menurut saya justru masih banyak karya films yang juga lebih baik diangkat ketimbang membanting stir kedalam ruang gelap 30 september yang dapat menimbulkan kontroversi terutama pernyataan terkait
Adakah saksi sejarah atas kejadian tersebut?
Siapakah narasumber Utama dari Films tersebut?
Sudahkah memenuhi Standar penelitian yang baik mengapa Films diterbitkan?
Menurut saya itu semua konyol jika belum dijawab dengan tegas.
0 komentar:
Posting Komentar