Join The Community

Kamis, 26 Maret 2015

Pantai Losari dan Benteng Rotterdam Tanpa Makna

Ada banyak hal yang ingin kuceritakan sesaat menulis kalimat di blog ini. Tulisan ini menjadi penyemangat bagi saya setelah beberapa waktu belakangan ini tidak menulis lagi diblog karena sulit mendapatkan inspirasi sejati. Cerita dunia kecil ini akan digambarkan melalui keluargaku yang datang di ujung timur indonesia. Bagi masyarakat buton sejak dari dahulu keluarga menjadi sumber utama kebahagian, kami menempatkan keluarga sama posisinya dengan kedudukan manusia untuk mendapatkan tempat disurga Allah. Orang Buton sangat identik dengan kebiasaan ngumpul-ngumpul sama keluarga, biasanya bagi keluarga yang baru datang dari tempat jauh, kami sering mengadakan acara selamatan yang kami kenal disana "Haroa", tidak peduli seberapa miskinnya kami, yang terpentingnya senyum keluarga dalam hangatnya kebersamaan harus menjadi untaian makna untuk kebahagiaan di dunia ini.

Disana pula dalam Tradisi Orang Buton bila ada tamu yang datang dirumah, mereka rela mengutang demi membuat tamunya Betah, tidak ada sekat disana, penghargaan atas tamu menjadi nilai ajaran tersendiri yang biasa dipahami dalam ajaran-ajaran tradisi kuno. Jika anda belum pernah kesana, saya sarankan sisahkan uang tabungan anda untuk menginjakkan kaki didaratan itu, anda akan menemukan pesona tradisi kuno yang tidak anda temukan dimanapun. 

Saya mulai memaknai sedikit demi sedikit Inspirasi baru sesaat melihat senyum kakak saya Yuni dan Mamaku tercinta datang menjengut saya di Makassar. Sekalipun ada banyak daerah yang kunjungi disulawesi selatan dengan senyum dan sapaan orang-orang disana, namun tidak cukup membahagiakan kala melihat keluarga sendiri yang memberikan senyuman dan sapaan. Selama di Makassar Saya pikir tradisi orang buton akan banyak dipengaruhi oleh kehidupanku dikota makassar, namun rupanya teori itu tidak berlaku, marwah philosophi kekeluargaan tidak akan mudah luntur begitu saja sekalipun hingar-bingar kota metropolis membelenggu kehidupanku selama disana.

Bagi orang tuaku, ini untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Kota Makassar. Ada banyak pertanyaan yang mereka ajukan pada saya pada tempat-tempat yang menjadi ikon kota makassar, mereka ingin sekali melihat keindahan kota ini dari dekat. Sekalipun saya telah lama dimakassar, namun saya sebenarnya hanya menatap keindahan kota dari kejauhan dan tidak benar-benar melihatnya lebih dekat. Kakak saya yuni mulai bertanya sesaat mereka tiba dikota makassar, Risman dimana lokasi Pantai Losari itu kah? dan Benteng Rotterdam dikota makassar ini?. Saya cukup kaget mendengar pertanyaan itu. Mungkin kakak saya banyak mendengar cerita-cerita teman-temannya dari timur kala mengujungi kota makassar. 

Sekalipun kakak saya yuni dan mamaku banyak mengajukan pertanyaan dan ingin sekali mengunjungi Benteng Roterdam dan Pantai Losari, namun tidak banyak mereka tahu tentang cerita-cerita kota itu seperti kebanyakan orang makassar menjadikan pantai losari dan Rotterdam sebagai tempat wisata. Saat ini jika anda ke Makassar kita akan mengenal bahwa ikon utama kota ini adalah Benteng Rotterdam dan Pantai Losari.

Seperti kebanyakan daerah Kota di indonesia, setiap  daerah pasti memiliki Ikon yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Dan tempat-tempat tersebut pasti menjadi sesuatu yang disenangi dan digandrungi segalah kalangan usia mulai anak-anak kecil, orang tua maupun anak remaja, sama halnya dengan Pantai Losari dan Benteng Rotterdam dikota Makassar. Jika anda ingin kesana waktu paling baik adalah datanglah saat menjelang sore hari, anda akan menemukan para pedagang dan segalah jenis industri kerajinan tangan seperti mainan anak-anak yang dijual disana, biasanya semakin sore Pantai Losari semakin ramai karena tempatnya yang strategis untuk menikmati karya tuhan saat matahari terbenam hanya untuk melihat "sunset".

Namun berbicara mengenai Ikon di kota-kota besar di indonesia, tidak elok rasanya kalau kita tidak melihat sejarah, pasti ada cerita unik yang menjadikannya alasan keberadaan kota tersebut. Nah... sekarang apakah anda tahu sejarah Benteng Rotterdam dan Pantai yang ada di Kota Makassar?

Menurut saya jika melihat sejarah, Benteng Rotterdam dan Pantai Losari merupakan simbol kejatuhan suku bugis/makassar disaat kejayaan kerajaan gowa, dimasa Sultan Hasanuddin mereka harus taklut ditangan Kerajaan Belanda. Jika melihat sejarah kedua Ikon tersebut justru menjadi simbol yang merendahkan harga diri makasssar yang dikenal perkasa alias Ayam jantan dari Timur. Dahulu Benteng Rotterdam dikenal dengan Benteng Ujung Pandang sebagai markas prajurit kerjaan Gowa namun kemudian diubah menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari tanah kelahiran salah satu pemimpin Belanda yang berkuasa dimakassar demikian pula Pantai Losari yang begitu di Banggakan orang Makassar rupaya memiliki cerita bahwa sebelumnya pantai ini dikenal dengan pasar ikan tempat masyarakat bugis/makassar berdagang namun para pedagang harus diusir oleh pemerintah belanda karena kawasan tersebut harus ditimbuh alias direklamasi untuk area dagang kepentingan pemerintah Belanda dimasa kekuasaan DM van Switten yang ingin memantapkan jalur perdagangan rempah-rempah di indonesia timur. 

Dimasa VOC pemerintah belanda semakin memperlebar luas area pantai ini, sebagai daerah transito jalur rempah-rempah diindonesia timur. Saat ini orang makassar seolah terhipnotis dengan pantai losari yang semakin didesain dengan konsep moderen, tidak banyak diantara mereka mengetahui bahwa asal mula pembangunan kedua ikon Benteng Rotterdam dan Pantai Losari adalah simbol kekalahan raja-raja mereka dari pemerintah kolonial Belanda. Namun bagi kakak saya yuni tidak penting apa arti dan bagaimana sejarah Benteng Rotterdam dan Pantai Losari. Mereka hanya ingin menikmati matahari terbenam di pantai Losari sambil melihat tempat kelahiran mereka Istana Buton dari kejauhan. Bagi Mama saya pantai losari adalah tempat dimana kita dapat menikmati pemandangan alam makassar disore hari.

Namun ada hal yang membuat saya terkejut, jika anda pernah kesana anda akan melihat replika kapal Pinisi di pantai itu.  Kira-kira Apa hubungannya Kapal Pinisi dan Pantai Losari, Sekalipun orang makassar ingin menggambarkan bahwa mereka pelaut yang Handal, tapi menurut saya justru keberadaan replika kapal pinisi itu malah menjadi sesuatu yang aneh. Mungkin anda akan menganggap itu keren tapi menurut saya orang makassar telah mendustai alasan sejarah mereka. Kapal Pinisi punya arti penting dalam perjalanan sejarah pelayaran Bugis/Makassar, kapal ini telah melalangbuana menembus ekor pelayaran nusantara di negara-negara Asia, jika kita ingin melihat bagaimana bugis/makassar sesungguhnya lihat cara pikir kapal pinisi dalam berlayar.

Tapi entah mengapa pemerintah makassar membuat replika kapal pinisi di atas Pantai Losari yang justru menjadi simbol kejatuhan sejarah mereka. Tidakkah harusnya mereka melihat sejarah secara jelas, agar setiap pembangunan kota memiliki nafas dengan cita-cita dan sejarah Makassar itu sendiri. Ataukah mungkin orang makassar sudah mengabaikan sejarah mereka?.

Bagi anda yang penasaran tanya sendiri kepada orang makassar langsung, mudah-mudahan anda mendapat jawabannya. Salam buat teman-teman.


Kamis, 19 Maret 2015

Melirik pesona Kabupaten Barru

Jika Anda berasal dari luar sulawesi selatan kurang mantap rasannya kalau tidak menginjakkan kaki di Daerah Barru, daerah yang dikenal dengan Lumbung padinya (Ladang pertanian). Daerah barru adalah kawasan administrasi provinsi sulawesi selatan yang hampir setiap tahunya menyumbang kurang lebih sepuluh persen untuk pendapatan provinsi. Dahulu daerah ini dikenal dengan sebutan kerajaan yang hampir seumur dengan kerajaan-kerajaan kecil ditanah sulawesi seperti kerajaan soppeng, kerajaan Tanete dan kerajaan Mallusetasi. Saya berecana ingin mengeksplorasi daerah ini, setelah mendengar cerita-cerita kawan saya Akbar Najemuddin (saya biasa menyapanya Bung Naje). Katanya dimusim panen biasa ada kegiatan gotong-Royong masyarakat disana yang naik dalam hutan untuk melakukan perburuan Hama Babi Hutan, dan selalu dilakukan pada musim panen tiba karena selalu mengganggu Tanaman petani.


Tentu saja bukan hanya itu alasan saya ingin mengunjungi daerah ini. Daerah barru dikenal dengan daerah pesisir yang cukup menawan, sangat cocok buat penggemar fotografer yang ingin menujukkan bakatnya. Barru dikenal sebagai daerah jalur penghubung kota-kota terluar dari kota makassar seperti jika anda bepergian ke Toraja, Kota Pare, Sidrap, Pinrang, atau Sulawesi Barat/mamaju. Saya memang selalu melalui daerah ini kala sedang keluar kota mengunjungi Pare atau Toraja namun saya tidak benar-benar singgah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat disana. Tapi kali ini saya benar-benar tertarik untuk mengetahui apa kebiasaan masyarakat Barru sesaat mendengar cerita kawan saya Naje apalagi tiba musim panen.

Saya memiliki keinginan untuk membuat catatan-catatan kecil setiap daerah yang saya kunjungi, lewat tulisan ini sekedar menginspirasi saya untuk mengetahui panorama sulawesi selatan meskipun masih banyak sekali daerah yang belum dapat eksplor namun saya menilai ini sebagai keindahan alam sulawesi yang menjadi citra kuat yang melekat didalam dada negeri simbol ayam jantan timur.

Sebagai orang awam saya memang selalu penasaran dengan daerah yang memiliki kebiasaan unik yang membedakan dengan daerah lain, disana saya ingin mengetahui seberapa ramahnya masyarakat barru dalam nyambut tamunya. Sekalipun para penjelalah seperti christian pelras  telah banyak mengeksplor kebudayaan bugis namun menurut saya apa yang ia ceritakan hanya sebagian kecil dari kebudayaan bugis yang hanya nampak di permukaan saja. ia hanya mengunjungi daerah-daerah kota saja tidak banyak cerita-cerita mewakili suku bugis secara universal, ia tidak mengetahui daerah-daerah kawasan terpencil disulawesi yang justru menurut saya memiliki budaya yang cukup mengagumkan untuk menjadi khazana pengetahuian kita.

Semoga sesampai disana saya dapat memetik cerita baru sebagai pegalaman saya pribadi. saya masih ingat pesan kakek saya ;
Kalau hanya menjadi menusia semua orang dapat menjadi manusia namun untuk membedakan dirimu dengan manusia lainya adalah kamu harus memiliki cerita mu sendiri. Mungkin ada baiknya saya menyelami pesan kakek saya sesuai dengan indentitas kami sebagai manusia buton. 


Jumat, 13 Maret 2015

Merokok Membunuhmu


Tembakau merupakan tanaman pertanian yang diperoleh dari hasil olahan daun tanaman khusus atau lebih dikenal dengan tanaman tembakau. Daun tanaman inilah yang diolah oleh pabrik konglomerat menjadi rokok. Tembakau dianggap sebagai komoditas perkebunan yang banyak di jumpai pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Karena tanaman ini hanya bisa tumbuh pada suplay matahari yang cukup. Itulah mengapa Indonesia menjadikan tembakau menjadi brand andalah dan digandrungi para lelaki di seluruh pelosok nusantara. 

Jika menelisik sejarah tembakau rupaya tidak semua kalangan perokok tahu darimana asalnya namun ada yang menyebutnya bahwa tembakau bukan tanaman asli indonesia. Tembakau dibawa oleh bangsa asing yang pernah datang di Indonesia dan kemudian menjadi populer pada abad 20-an. Sejarah hampir tidak dapat dibuktikan bahwa para nenek-moyang kita sejak dulu sudah mengenal rokok. Kebiasaan merokok lebih banyak merujuk pada perilaku antropologis suku indian di Amerika yang digunakan untuk keperluan ritual memujah dewa atau roh. Tembakau datang di indonesia melalui kebiasaan penjelajahan orang-orang eropa yang berkunjung di indonesia (itu menurut beberapa sumber yang saya temukan), tapi mungkin saja anda punya sumber lain. Karena kalau kita mengacu pada olahan rokok yang memakai cengkeh sebagai adonannya mungkin anda akan memiliki perspektif lain.

Perkembangan tembakau (rokok) kemudian memiliki pemaknaan berbeda sejak memasuki fase pencerahan Eropa, bangsa-bangsa asing mulai mengenal industrialisme fungsi rokok pun ikut berubah, tadinya rokok digunakan sebagai keperluan ritual pemudaan dewa berubah menjadi konsumsi manusia modern sebagai obat penenang dan sangat populer menjadi lahan ekonomis di negara-negara maju. Di dalam negeri sendiri rokok mulai digandrungi difase-fase awal dari kaum bangsawan di tanah Jawa, bahkan bangsawan Jawa menjadikanya style kelas sosial. 

Pada masa kolonial perusahaan dagang belanda VOC pernah menjadikan tembakau sebagai komuditas ekspor. Lahan-lahan perkebunan tembakau diperbanyak bibitnya agar bisa menopang pendapatan ekonomi pemerintah kolonial. Saya memang kurang begitu tahu banyak tentang sejarah rokok/tembakau namun sejak kecil saya telah melihat kakek saya merokok. Mungkin orang asing rokok dijadikan sebagai obat hiburan atau penenang. Namun kakek saya justru berbeda, hebatnya kakek saya merokok digunakan untuk berfikir bagaimana cara menaklukan pohon besar yang akan ditebangnya untuk dibuka menjadi lahan perkebunan atau lahan tani untuk ditanami bibit jagung kala musin hujan tiba.  huu kerenn.,,

Jika kita membahas tembakau/rokok mungkin setiap orang punya perspektif berbeda-beda. Bagi anak kesehatan rokok dapat mengancam kondisi kesehatan tubuh alias penyakit terhadap jantung kita. Organisasi kesehatan dunia WHO pernah mengeluarkan pengumuman bahwa efek Rokok dapat mengancam kesehatan paru-paru atau kanker paru, serangan jantung dan stroke sehingga resiko kematian lebih cepat dibandingkan orang yang tidak merokok (berumur pendek). Jika anda seorang perokok sebaiknya harus memperhatikan peringatan tersebut.

Saat ini brand produk rokok sendiri bahkan banyak mengampanyekan kalau "Merokok Membunuhmu" pada setiap bungkusan produksinya. Jika kita melihat sekilas rupaya para pakar kesehatan dan ahli medis cukup serius mengenjot agar segera menghentikan/mengurangi konsumsi rokok. Namun apakah ini cukup efektif untuk memberikan gerah bagi para perokok?? hmmm....Jawaban yang selalu ditunggu oleh para medis dan palaku kesehatan.!!

Tapi saya berkaca pada kakek saya sejak masih muda ia sudah merokok sampai saat ini, setua itu ia masih tetap merokok bahkan ia terlihat sehat, hingga saat ini usianya telah memasuki 87 tahun. Saya pernah membertanya iseng padanya Kenapa kakek merokok? Jawabanya; kalau saya tidak merokok maka saya sudah tidak sehat lagi. mendengar jawabanya saya meresponya dengan tertawa terbahak-bahak, menurut saya ini jawaban yang lucu. Dan ternyata memang nenek saya sejak dulu telah memakai indikator kesehatan kakek saya berdasarkan Rokok bukan alat medis. Semakin lancar kakek saya merokok maka semakin senang nenek saya karena itu artinya kakek saya memiliki kondisi tubuh yang sehat alias tidak sakit-sakitan.

Terkadang saya dapat memaknai segalah hal dengan pembuktian ilmiah, tanpa menyepelekan kredibilitas para dokter tapi apa yang terjadi pada kakek saya itu merupakan kisah nyata bukan fiksi/teori/asumsi. Kakek saya panjang umur dan masih sehat yang sangat bertentangan dengan asumsi para dokter bahkan pandangan organisasi kesehetan dunia WHO. kakek saya telah mempraktekanya bukan lagi pake teori segalah.

Mungkin ini penyebabnya mengapa sekalipun banyak peringatan akan "bahaya merokok" tapi malah pengguna/perokok malah semakin bertambah, karena mereka melihat kenyataannya tidak demikian. mungkin anda dapat buktikan sendiri dengan menanyakan kepada kakek-kakek didalam rumah atau tetangga rumah anda.

Atau mungkin kalau supaya efektif hentikan saja produksi rokok?. tapi malah itu aneh karena seperti indonesia banyak menggantukan income pendapatan dari hasil produksi rokok sehingga memang tidak akan bisa dibendung dan bahkan lahan-lahan produksi tembakau bisa jadi malah akan membuka pangsa baru wilayah-wilayah seluruh indonesia.

Ada Hal yang menarik, masyarakat indonesia mengenal rokok dengan sebutan kretek yang dikeringkan hasil olahan dari tanaman cengkeh katannya agar dapat disesuaikan selerah rasa orang indonesia. Bagi orang timur mayoritas anak muda (kebiasaan kaum pria) menyukai rokok hasil olahan dari paduan cengkeh, katanya rasa cengkeh pada rokok menambah kenikmatan tersendiri. Karena ketika dihisap dia akan menimbulkan bunyi "keretek" sehingga olahan rokok dari cengkeh menjadi komuditi paling digemari oleh para kaum pria dibandingkan olahan lainya. Namun terlepas dari itu semua yang terpenting kretek adalah hasil olahan anak negeri sendiri yang patut di banggakan. Setidaknya jadilah kakek saya setiap bungkusan-bungkusan rokok yang ia konsumsi telah menyumbang untuk negara ini dibandingkan orang korupsi yang hanya menghabiskan uang negera. 


Dan jika saya melihat (mungkin kita memiliki perspektif sama) yang membuat produk rokok banyak peminatnya karena media iklan yang juga sangat membantu. jika anda perhatikan iklan TV, iklan rokoklah yang justru menarik perhatian khalayak dibanding kan iklan-iklan produk makanan dan minuman atau bahkan obat-obatan hasil produksi para dokter kesehatan.

Mungkin anda punya pandangan lain tapi kalau saya justru iklan rokoklah yang banyak menggugah semangat kita tentang arti tanggung jawab dan philosopi kekeluargaan yang mengakar dalam budaya kita. banyak iklan rokok yang mengangkat budaya, ciri khas, dan identitas negeri ini, dibandingkan iklan celengan produk makanan dan minuman. 

Dan saya mengutipnya dibawah ini selamat membaca.


Indonesia bangsa yang rekat, walau ribuan pulau memisahkan
Yang satu mimpi, walau berbagi beribu suku
Kita membuka telinga untuk semua teladan
Kita akan senantiasa merunduk dan mengasah sebuah keaslian rasa
Kita merendahkan hati, kita tak melompat atau berbang
Kita melangkah mantap, satu demi satu, demi satu
Setiap helai benang dan torehan, setiap tetes dan gerakan
Untuk nikmati aroma keberhasilan,
Kita bersabar, kita menempah kualitas diri dan menjaganya agar tak pernah berubah
Dan saat sesuatu berjalan selayaknya, 
Kita setia, patuh pada tatacara, kita lupakan satu, 
Sampingkan sendiri, lalu memupuk kesempurnaan bersama
Karena kapal ini butuh semua tenaga,
Kita bergotong-royong
Lihatlah sesuatu yang dimulai dalam takkan luntur terkikis waktu,
Inilah jiwa indonesia, jiwa yang menciptakan Mahakarya.


Rabu, 11 Maret 2015

Setitik Cerita Manis di Tanah Kajang

Dari sekian banyak perkampungan didaratan Sulawesi, Tanah Kajang menjadi cerita primadona  yang selalu saya ingat takkalah tiba dikota Makassar. Sekalipun kota Metropolis seperti makassar banyak menawarkan keelokan surga moderen dengan gedung-gedungnya yang tinggi, Mall, Warkop tempat tongkrongan anak muda yang bertebaran disudut-sudut kota, atau lampu-lampu penghias kota sepanjang jalan perintis kemerdekaan begitu menawan, maka ini sangatlah berbanding terbalik dan hampir tidak ditemukan jika anda ketanah kajang (Ammatoa) dan saya ingin menulis sebersik cerita ini tentang kisah saya selama disana. 

Kajang adalah daerah pedalaman yang terletak dikabupaten Bulukumba yang jauh dari pusat kota. Orang sulawesi selatan mengenal tanah Kajang sebagai dari wisata yang cukup populer karena masyarakatnya masih memengang erat adat kesukuan. Jika anda pernah kesana saya dapat pastikan bahwa anda sudah tidak asing lagi mendengar kata "Tanah Adat Ammatoa"(begitulah orang menyebutnya disana), kesan pertama saya disana adalah melihat masyarakatnya yang memakai pakaian hitam-hitam hampir seluruh tubuh dan hebatnya masyarakat disana jika beraktivitas tidak memakai sendal sebagai alas telapak kaki alias kaki telanjang ala orang timur. 

Saya cukup kaget melihat masyarakat disana menjalani versi hidup mereka, sekalipun saya anak kampung tapi saya belum pernah melihat seperti itu sewaktu kecil. Jika di Kota Makassar saya menjumpai pernak-pernik kehidupan yang serba moderen maka Tanah adat ammatoa kita disajikan dengan kehidupan perkampungan yang amat sangat tradisional namun cukup memikat hati, saya cukup betah selama disana. Masyarakat disana begitu ramah, menganggap tamu seperti keluarga mereka, seolah hal yang paling sulit untuk dijumpai pada masyarakat kota. 

Inilah yang saya rindukan kalah mengingat Tanah kajang. Masyarakat suku kajang Tanah Toa hidup dalam kesederhaan. Jika anda ingin berkunjung disana, jangan pernah mengharapkan bisa menoton TV atau mendengar Radio atau di waktu tidur anda tidak akan menemukan kasur atau pengalas tempat tidur, semua orang tidur dilantai tanpa pengalas, karena masyarakat disana menganggap bahwa Kasur, TV, Radio, atau semua yang berkaitan dengan produk moderen dapat menjauhkan tanah kajang dari alam dan para leluhur nenekmoyang mereka. Modernitas hanya akan mengancam ikatan kohesi yang telah lama ditanamkan oleh para leluhur karena cenderung menyimpang sehingga masyarakat disana sangat sensitif dengan perubahan pan ala moderen. Bahkan pernikahan saja setiap Laki atau Perempuan (Kajang Dalam) harus orang ditanah mereka sendiri, jika tidak maka para petua Adat tidak akan merestua pernikahan tersebut.

Seluruh pengaulan masyarakat suku Ammatoa di ikat tunduk pada Ammatoa atau petua adat disana, setiap lingkaran sosial masyarakat akan terikat satu sama lain, mereka menuduk pada satu petua saja. Sekalipun beberapa sumber saya temukan bahwa suku kajang telah sedikit mulai tersentuh dengan moderenitas terutama anak-anak muda yang mulai sekolah namun secara umum saya melihat masyarakat disana begitu erat dan dibesarkan dari tradisi "Ammatoa".

Selama disana saya melihat perkampungan warga di pagari lahan-lahan persawahan dan hampir sembilan puluh persen anak-anak di ditanah kajang hidup dan makan dari lahan pertanian dan perkebunan. Pantas saja  orang dewasa dan anak-anak begitu sehat, jarang sakit-sakitan, lagi kebal terhadap penyakit karena mungkin makanan mereka yang serba alami dari hasil hutan bukan makanan olahan produksi pabrik-pabrik konglomerat.

Saya banyak belajar tentang banyak hal selama disana, bukan soal pelajaran mata kuliah seperti yang diajarkan dosen-dosen dikampus, tapi nilai-nilai yang ditanamkan petua adat pada anak-anak disana, semangat kekeluargaan, Gotongroyong, dan sikap lapang dada. Ajaran-ajaran yang rasa membawa saya menyilami kehidupan saya dimasa silam, sewaktu kecil pelajaran ini saya temukan kala baru menaik jejang pendidikan kelas 2 SD Mata Pelajaran Kewarganegaraan (PPKN), terkadang saya sering terseyum sendiri kalau mengingat-ngingatNya.

Maklum saja, mungkin selama dikampus saya diajarakan untuk berdaya kritis segalah apapun, atau bagaimana mengomentari tindakan orang lain sehingga terkadang saya lupa merasakan perasaan orang lain. Suatu yang sangat bedah, sewaktu SD saya diajarkan berlapang dada "rasanya sangat begitu dewasa pandangan ini", namun hampir terlupakan semua sewaktu kuliah. Suatu ritual hidup yang aneh, harusnya di Masa Sekolah Dasarlah kita diajarkan kritis dan setelah kuliah kita mulai diajarkan berlapang dada tentang segalah rasa atau dengan istilah orang timur "Cubitlah kulitmu maka anda akan merasakannya hampir seluruh tubuhmu. Saya cukup beruntung selama disana saya dapat menemukan kembali seperti merefresh kembali ingatan saya.

Jika anda belum pernah kesana, saya sarankan kalau ada waktu silakan berkunjung, mungkin anda akan merasakan banyak pembelajaran yang hampir hilang dari pelupuk mata kita saat ini. Asalkan anda berlaku sopan maka anda akan baik-baik saja.