Join The Community

Sabtu, 06 Juni 2015

NASIB GOR SUDIANG RAYA BERUBAH MENJADI PASAR DI MAKASSAR

Berbicara kota makassar tidak asik rasanya jika hanya menguliti makanan khasnya yakni "coto kondro" atau hanya mengunjungi tempat rekreasi yang terkenal seperti "Pantai losari dan benteng rotterdam" di malam minggu akan tetapi wajib rasanya, untuk mengetahui konsep pembangunan seperti apa yang ditawarkan di kota itu terutama Olaraga. Dimasa gubernur Zaenal Basri Palaguna (2001) makassar telah menawarkan konsep pembangunan pusat olaraga yang digandang-gandang merupakan mega proyek paling hebat yang disimboli dengan slogan Great expectation city yang akan pusatkan di kec. sudiang raya.

Sesuai dengan keinginan pemerintah dan cita-cita anak muda makassar yang ingin memiliki tempat olaraga terpadu maka tahun 2004 mega proyek tersebut mulai digenjot dengan Anggaran Rp. 60 milyar yang di ambil dari Anggaran APBD dan APBN. Gedung Olaraga (GOR) sudiang akan menjadi pusat penting bagi kemajuan olaraga di kota makassar. Menurut rencana GOR akan diperuntukan sebagai tempat olaraga bulu tangkis, sepak takrow, tenis, bola volly, dan karate.

Saya membanyang dana yang sebesar itu untuk 10 tahun kedepan pasti anak muda makassar yang pencinta seni akan mendapatkan ruang yang cukup untuk menunjukan kebolehan dalam ajang kompetitif olaraga nasional. karena beberapa tahun belakangan olaraga dikota makassar cenderung mundur kebelakang hanya mengantongi sedikit prestasi. Minimal proyek besar tersebut dapat menggenjot semangat habis-habisan bagi pemuda.

Namun cita-cita yang sudah hampir tiga periode pemerintahan gubernur tersebut malah berujung pada ada terjeratnya birokrasi Pemprov sulsel (kepala biro perlengkapan) dengan Mantan Lurah Sudiang Raya pada dana siluman atas Pelepasan Hak Tanah di Sudiang Raya pada tahun 2007. Memang persoalan kalau sudah menyangkut UANG memang susah ditebak, terkadang cita-cita luhur akhirnya menjadi korban. terkadang pembangunan yang minimalis harus ikut serta kedalam kepentingan para aktor birokrasi dan politisi negeri.

Gedung olaraga sudiang yang telah di garap sejak tahun 2004 sampai saat ini malah bukan menjadi tempat yang sejuk banyak anak-anak muda makassar yang ingin menujukan bakat seninya namun justru harus ditempah bencana, GOR berubah wujudnya yang harusnya dijadikan tempat olaraga malah menjadi pasar yang di penuhi oleh para pedagang. Jika anda yang penasaran ingin melihat keanehan ini silahkan datang pada hari minggu, saya dapat pastikan anda akan sulit membedakan mana GOR sudiang dan mana Pasar.

Anehnya pemerntah setempat bukan menindaki secara tegas malah memberikan pajak kepada pedagang yang ingin berdagang di GOR sudiang. Bagi anda yang punya jiwa wiraswasta anda dapat membuka lapak disana, hanya membayar Rp.12 juta. Ini harga kompensasi, anda dapat berdagang sepuasnya sampai anda bosan.








Kamis, 26 Maret 2015

Pantai Losari dan Benteng Rotterdam Tanpa Makna

Ada banyak hal yang ingin kuceritakan sesaat menulis kalimat di blog ini. Tulisan ini menjadi penyemangat bagi saya setelah beberapa waktu belakangan ini tidak menulis lagi diblog karena sulit mendapatkan inspirasi sejati. Cerita dunia kecil ini akan digambarkan melalui keluargaku yang datang di ujung timur indonesia. Bagi masyarakat buton sejak dari dahulu keluarga menjadi sumber utama kebahagian, kami menempatkan keluarga sama posisinya dengan kedudukan manusia untuk mendapatkan tempat disurga Allah. Orang Buton sangat identik dengan kebiasaan ngumpul-ngumpul sama keluarga, biasanya bagi keluarga yang baru datang dari tempat jauh, kami sering mengadakan acara selamatan yang kami kenal disana "Haroa", tidak peduli seberapa miskinnya kami, yang terpentingnya senyum keluarga dalam hangatnya kebersamaan harus menjadi untaian makna untuk kebahagiaan di dunia ini.

Disana pula dalam Tradisi Orang Buton bila ada tamu yang datang dirumah, mereka rela mengutang demi membuat tamunya Betah, tidak ada sekat disana, penghargaan atas tamu menjadi nilai ajaran tersendiri yang biasa dipahami dalam ajaran-ajaran tradisi kuno. Jika anda belum pernah kesana, saya sarankan sisahkan uang tabungan anda untuk menginjakkan kaki didaratan itu, anda akan menemukan pesona tradisi kuno yang tidak anda temukan dimanapun. 

Saya mulai memaknai sedikit demi sedikit Inspirasi baru sesaat melihat senyum kakak saya Yuni dan Mamaku tercinta datang menjengut saya di Makassar. Sekalipun ada banyak daerah yang kunjungi disulawesi selatan dengan senyum dan sapaan orang-orang disana, namun tidak cukup membahagiakan kala melihat keluarga sendiri yang memberikan senyuman dan sapaan. Selama di Makassar Saya pikir tradisi orang buton akan banyak dipengaruhi oleh kehidupanku dikota makassar, namun rupanya teori itu tidak berlaku, marwah philosophi kekeluargaan tidak akan mudah luntur begitu saja sekalipun hingar-bingar kota metropolis membelenggu kehidupanku selama disana.

Bagi orang tuaku, ini untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Kota Makassar. Ada banyak pertanyaan yang mereka ajukan pada saya pada tempat-tempat yang menjadi ikon kota makassar, mereka ingin sekali melihat keindahan kota ini dari dekat. Sekalipun saya telah lama dimakassar, namun saya sebenarnya hanya menatap keindahan kota dari kejauhan dan tidak benar-benar melihatnya lebih dekat. Kakak saya yuni mulai bertanya sesaat mereka tiba dikota makassar, Risman dimana lokasi Pantai Losari itu kah? dan Benteng Rotterdam dikota makassar ini?. Saya cukup kaget mendengar pertanyaan itu. Mungkin kakak saya banyak mendengar cerita-cerita teman-temannya dari timur kala mengujungi kota makassar. 

Sekalipun kakak saya yuni dan mamaku banyak mengajukan pertanyaan dan ingin sekali mengunjungi Benteng Roterdam dan Pantai Losari, namun tidak banyak mereka tahu tentang cerita-cerita kota itu seperti kebanyakan orang makassar menjadikan pantai losari dan Rotterdam sebagai tempat wisata. Saat ini jika anda ke Makassar kita akan mengenal bahwa ikon utama kota ini adalah Benteng Rotterdam dan Pantai Losari.

Seperti kebanyakan daerah Kota di indonesia, setiap  daerah pasti memiliki Ikon yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Dan tempat-tempat tersebut pasti menjadi sesuatu yang disenangi dan digandrungi segalah kalangan usia mulai anak-anak kecil, orang tua maupun anak remaja, sama halnya dengan Pantai Losari dan Benteng Rotterdam dikota Makassar. Jika anda ingin kesana waktu paling baik adalah datanglah saat menjelang sore hari, anda akan menemukan para pedagang dan segalah jenis industri kerajinan tangan seperti mainan anak-anak yang dijual disana, biasanya semakin sore Pantai Losari semakin ramai karena tempatnya yang strategis untuk menikmati karya tuhan saat matahari terbenam hanya untuk melihat "sunset".

Namun berbicara mengenai Ikon di kota-kota besar di indonesia, tidak elok rasanya kalau kita tidak melihat sejarah, pasti ada cerita unik yang menjadikannya alasan keberadaan kota tersebut. Nah... sekarang apakah anda tahu sejarah Benteng Rotterdam dan Pantai yang ada di Kota Makassar?

Menurut saya jika melihat sejarah, Benteng Rotterdam dan Pantai Losari merupakan simbol kejatuhan suku bugis/makassar disaat kejayaan kerajaan gowa, dimasa Sultan Hasanuddin mereka harus taklut ditangan Kerajaan Belanda. Jika melihat sejarah kedua Ikon tersebut justru menjadi simbol yang merendahkan harga diri makasssar yang dikenal perkasa alias Ayam jantan dari Timur. Dahulu Benteng Rotterdam dikenal dengan Benteng Ujung Pandang sebagai markas prajurit kerjaan Gowa namun kemudian diubah menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari tanah kelahiran salah satu pemimpin Belanda yang berkuasa dimakassar demikian pula Pantai Losari yang begitu di Banggakan orang Makassar rupaya memiliki cerita bahwa sebelumnya pantai ini dikenal dengan pasar ikan tempat masyarakat bugis/makassar berdagang namun para pedagang harus diusir oleh pemerintah belanda karena kawasan tersebut harus ditimbuh alias direklamasi untuk area dagang kepentingan pemerintah Belanda dimasa kekuasaan DM van Switten yang ingin memantapkan jalur perdagangan rempah-rempah di indonesia timur. 

Dimasa VOC pemerintah belanda semakin memperlebar luas area pantai ini, sebagai daerah transito jalur rempah-rempah diindonesia timur. Saat ini orang makassar seolah terhipnotis dengan pantai losari yang semakin didesain dengan konsep moderen, tidak banyak diantara mereka mengetahui bahwa asal mula pembangunan kedua ikon Benteng Rotterdam dan Pantai Losari adalah simbol kekalahan raja-raja mereka dari pemerintah kolonial Belanda. Namun bagi kakak saya yuni tidak penting apa arti dan bagaimana sejarah Benteng Rotterdam dan Pantai Losari. Mereka hanya ingin menikmati matahari terbenam di pantai Losari sambil melihat tempat kelahiran mereka Istana Buton dari kejauhan. Bagi Mama saya pantai losari adalah tempat dimana kita dapat menikmati pemandangan alam makassar disore hari.

Namun ada hal yang membuat saya terkejut, jika anda pernah kesana anda akan melihat replika kapal Pinisi di pantai itu.  Kira-kira Apa hubungannya Kapal Pinisi dan Pantai Losari, Sekalipun orang makassar ingin menggambarkan bahwa mereka pelaut yang Handal, tapi menurut saya justru keberadaan replika kapal pinisi itu malah menjadi sesuatu yang aneh. Mungkin anda akan menganggap itu keren tapi menurut saya orang makassar telah mendustai alasan sejarah mereka. Kapal Pinisi punya arti penting dalam perjalanan sejarah pelayaran Bugis/Makassar, kapal ini telah melalangbuana menembus ekor pelayaran nusantara di negara-negara Asia, jika kita ingin melihat bagaimana bugis/makassar sesungguhnya lihat cara pikir kapal pinisi dalam berlayar.

Tapi entah mengapa pemerintah makassar membuat replika kapal pinisi di atas Pantai Losari yang justru menjadi simbol kejatuhan sejarah mereka. Tidakkah harusnya mereka melihat sejarah secara jelas, agar setiap pembangunan kota memiliki nafas dengan cita-cita dan sejarah Makassar itu sendiri. Ataukah mungkin orang makassar sudah mengabaikan sejarah mereka?.

Bagi anda yang penasaran tanya sendiri kepada orang makassar langsung, mudah-mudahan anda mendapat jawabannya. Salam buat teman-teman.


Kamis, 19 Maret 2015

Melirik pesona Kabupaten Barru

Jika Anda berasal dari luar sulawesi selatan kurang mantap rasannya kalau tidak menginjakkan kaki di Daerah Barru, daerah yang dikenal dengan Lumbung padinya (Ladang pertanian). Daerah barru adalah kawasan administrasi provinsi sulawesi selatan yang hampir setiap tahunya menyumbang kurang lebih sepuluh persen untuk pendapatan provinsi. Dahulu daerah ini dikenal dengan sebutan kerajaan yang hampir seumur dengan kerajaan-kerajaan kecil ditanah sulawesi seperti kerajaan soppeng, kerajaan Tanete dan kerajaan Mallusetasi. Saya berecana ingin mengeksplorasi daerah ini, setelah mendengar cerita-cerita kawan saya Akbar Najemuddin (saya biasa menyapanya Bung Naje). Katanya dimusim panen biasa ada kegiatan gotong-Royong masyarakat disana yang naik dalam hutan untuk melakukan perburuan Hama Babi Hutan, dan selalu dilakukan pada musim panen tiba karena selalu mengganggu Tanaman petani.


Tentu saja bukan hanya itu alasan saya ingin mengunjungi daerah ini. Daerah barru dikenal dengan daerah pesisir yang cukup menawan, sangat cocok buat penggemar fotografer yang ingin menujukkan bakatnya. Barru dikenal sebagai daerah jalur penghubung kota-kota terluar dari kota makassar seperti jika anda bepergian ke Toraja, Kota Pare, Sidrap, Pinrang, atau Sulawesi Barat/mamaju. Saya memang selalu melalui daerah ini kala sedang keluar kota mengunjungi Pare atau Toraja namun saya tidak benar-benar singgah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat disana. Tapi kali ini saya benar-benar tertarik untuk mengetahui apa kebiasaan masyarakat Barru sesaat mendengar cerita kawan saya Naje apalagi tiba musim panen.

Saya memiliki keinginan untuk membuat catatan-catatan kecil setiap daerah yang saya kunjungi, lewat tulisan ini sekedar menginspirasi saya untuk mengetahui panorama sulawesi selatan meskipun masih banyak sekali daerah yang belum dapat eksplor namun saya menilai ini sebagai keindahan alam sulawesi yang menjadi citra kuat yang melekat didalam dada negeri simbol ayam jantan timur.

Sebagai orang awam saya memang selalu penasaran dengan daerah yang memiliki kebiasaan unik yang membedakan dengan daerah lain, disana saya ingin mengetahui seberapa ramahnya masyarakat barru dalam nyambut tamunya. Sekalipun para penjelalah seperti christian pelras  telah banyak mengeksplor kebudayaan bugis namun menurut saya apa yang ia ceritakan hanya sebagian kecil dari kebudayaan bugis yang hanya nampak di permukaan saja. ia hanya mengunjungi daerah-daerah kota saja tidak banyak cerita-cerita mewakili suku bugis secara universal, ia tidak mengetahui daerah-daerah kawasan terpencil disulawesi yang justru menurut saya memiliki budaya yang cukup mengagumkan untuk menjadi khazana pengetahuian kita.

Semoga sesampai disana saya dapat memetik cerita baru sebagai pegalaman saya pribadi. saya masih ingat pesan kakek saya ;
Kalau hanya menjadi menusia semua orang dapat menjadi manusia namun untuk membedakan dirimu dengan manusia lainya adalah kamu harus memiliki cerita mu sendiri. Mungkin ada baiknya saya menyelami pesan kakek saya sesuai dengan indentitas kami sebagai manusia buton. 


Jumat, 13 Maret 2015

Merokok Membunuhmu


Tembakau merupakan tanaman pertanian yang diperoleh dari hasil olahan daun tanaman khusus atau lebih dikenal dengan tanaman tembakau. Daun tanaman inilah yang diolah oleh pabrik konglomerat menjadi rokok. Tembakau dianggap sebagai komoditas perkebunan yang banyak di jumpai pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Karena tanaman ini hanya bisa tumbuh pada suplay matahari yang cukup. Itulah mengapa Indonesia menjadikan tembakau menjadi brand andalah dan digandrungi para lelaki di seluruh pelosok nusantara. 

Jika menelisik sejarah tembakau rupaya tidak semua kalangan perokok tahu darimana asalnya namun ada yang menyebutnya bahwa tembakau bukan tanaman asli indonesia. Tembakau dibawa oleh bangsa asing yang pernah datang di Indonesia dan kemudian menjadi populer pada abad 20-an. Sejarah hampir tidak dapat dibuktikan bahwa para nenek-moyang kita sejak dulu sudah mengenal rokok. Kebiasaan merokok lebih banyak merujuk pada perilaku antropologis suku indian di Amerika yang digunakan untuk keperluan ritual memujah dewa atau roh. Tembakau datang di indonesia melalui kebiasaan penjelajahan orang-orang eropa yang berkunjung di indonesia (itu menurut beberapa sumber yang saya temukan), tapi mungkin saja anda punya sumber lain. Karena kalau kita mengacu pada olahan rokok yang memakai cengkeh sebagai adonannya mungkin anda akan memiliki perspektif lain.

Perkembangan tembakau (rokok) kemudian memiliki pemaknaan berbeda sejak memasuki fase pencerahan Eropa, bangsa-bangsa asing mulai mengenal industrialisme fungsi rokok pun ikut berubah, tadinya rokok digunakan sebagai keperluan ritual pemudaan dewa berubah menjadi konsumsi manusia modern sebagai obat penenang dan sangat populer menjadi lahan ekonomis di negara-negara maju. Di dalam negeri sendiri rokok mulai digandrungi difase-fase awal dari kaum bangsawan di tanah Jawa, bahkan bangsawan Jawa menjadikanya style kelas sosial. 

Pada masa kolonial perusahaan dagang belanda VOC pernah menjadikan tembakau sebagai komuditas ekspor. Lahan-lahan perkebunan tembakau diperbanyak bibitnya agar bisa menopang pendapatan ekonomi pemerintah kolonial. Saya memang kurang begitu tahu banyak tentang sejarah rokok/tembakau namun sejak kecil saya telah melihat kakek saya merokok. Mungkin orang asing rokok dijadikan sebagai obat hiburan atau penenang. Namun kakek saya justru berbeda, hebatnya kakek saya merokok digunakan untuk berfikir bagaimana cara menaklukan pohon besar yang akan ditebangnya untuk dibuka menjadi lahan perkebunan atau lahan tani untuk ditanami bibit jagung kala musin hujan tiba.  huu kerenn.,,

Jika kita membahas tembakau/rokok mungkin setiap orang punya perspektif berbeda-beda. Bagi anak kesehatan rokok dapat mengancam kondisi kesehatan tubuh alias penyakit terhadap jantung kita. Organisasi kesehatan dunia WHO pernah mengeluarkan pengumuman bahwa efek Rokok dapat mengancam kesehatan paru-paru atau kanker paru, serangan jantung dan stroke sehingga resiko kematian lebih cepat dibandingkan orang yang tidak merokok (berumur pendek). Jika anda seorang perokok sebaiknya harus memperhatikan peringatan tersebut.

Saat ini brand produk rokok sendiri bahkan banyak mengampanyekan kalau "Merokok Membunuhmu" pada setiap bungkusan produksinya. Jika kita melihat sekilas rupaya para pakar kesehatan dan ahli medis cukup serius mengenjot agar segera menghentikan/mengurangi konsumsi rokok. Namun apakah ini cukup efektif untuk memberikan gerah bagi para perokok?? hmmm....Jawaban yang selalu ditunggu oleh para medis dan palaku kesehatan.!!

Tapi saya berkaca pada kakek saya sejak masih muda ia sudah merokok sampai saat ini, setua itu ia masih tetap merokok bahkan ia terlihat sehat, hingga saat ini usianya telah memasuki 87 tahun. Saya pernah membertanya iseng padanya Kenapa kakek merokok? Jawabanya; kalau saya tidak merokok maka saya sudah tidak sehat lagi. mendengar jawabanya saya meresponya dengan tertawa terbahak-bahak, menurut saya ini jawaban yang lucu. Dan ternyata memang nenek saya sejak dulu telah memakai indikator kesehatan kakek saya berdasarkan Rokok bukan alat medis. Semakin lancar kakek saya merokok maka semakin senang nenek saya karena itu artinya kakek saya memiliki kondisi tubuh yang sehat alias tidak sakit-sakitan.

Terkadang saya dapat memaknai segalah hal dengan pembuktian ilmiah, tanpa menyepelekan kredibilitas para dokter tapi apa yang terjadi pada kakek saya itu merupakan kisah nyata bukan fiksi/teori/asumsi. Kakek saya panjang umur dan masih sehat yang sangat bertentangan dengan asumsi para dokter bahkan pandangan organisasi kesehetan dunia WHO. kakek saya telah mempraktekanya bukan lagi pake teori segalah.

Mungkin ini penyebabnya mengapa sekalipun banyak peringatan akan "bahaya merokok" tapi malah pengguna/perokok malah semakin bertambah, karena mereka melihat kenyataannya tidak demikian. mungkin anda dapat buktikan sendiri dengan menanyakan kepada kakek-kakek didalam rumah atau tetangga rumah anda.

Atau mungkin kalau supaya efektif hentikan saja produksi rokok?. tapi malah itu aneh karena seperti indonesia banyak menggantukan income pendapatan dari hasil produksi rokok sehingga memang tidak akan bisa dibendung dan bahkan lahan-lahan produksi tembakau bisa jadi malah akan membuka pangsa baru wilayah-wilayah seluruh indonesia.

Ada Hal yang menarik, masyarakat indonesia mengenal rokok dengan sebutan kretek yang dikeringkan hasil olahan dari tanaman cengkeh katannya agar dapat disesuaikan selerah rasa orang indonesia. Bagi orang timur mayoritas anak muda (kebiasaan kaum pria) menyukai rokok hasil olahan dari paduan cengkeh, katanya rasa cengkeh pada rokok menambah kenikmatan tersendiri. Karena ketika dihisap dia akan menimbulkan bunyi "keretek" sehingga olahan rokok dari cengkeh menjadi komuditi paling digemari oleh para kaum pria dibandingkan olahan lainya. Namun terlepas dari itu semua yang terpenting kretek adalah hasil olahan anak negeri sendiri yang patut di banggakan. Setidaknya jadilah kakek saya setiap bungkusan-bungkusan rokok yang ia konsumsi telah menyumbang untuk negara ini dibandingkan orang korupsi yang hanya menghabiskan uang negera. 


Dan jika saya melihat (mungkin kita memiliki perspektif sama) yang membuat produk rokok banyak peminatnya karena media iklan yang juga sangat membantu. jika anda perhatikan iklan TV, iklan rokoklah yang justru menarik perhatian khalayak dibanding kan iklan-iklan produk makanan dan minuman atau bahkan obat-obatan hasil produksi para dokter kesehatan.

Mungkin anda punya pandangan lain tapi kalau saya justru iklan rokoklah yang banyak menggugah semangat kita tentang arti tanggung jawab dan philosopi kekeluargaan yang mengakar dalam budaya kita. banyak iklan rokok yang mengangkat budaya, ciri khas, dan identitas negeri ini, dibandingkan iklan celengan produk makanan dan minuman. 

Dan saya mengutipnya dibawah ini selamat membaca.


Indonesia bangsa yang rekat, walau ribuan pulau memisahkan
Yang satu mimpi, walau berbagi beribu suku
Kita membuka telinga untuk semua teladan
Kita akan senantiasa merunduk dan mengasah sebuah keaslian rasa
Kita merendahkan hati, kita tak melompat atau berbang
Kita melangkah mantap, satu demi satu, demi satu
Setiap helai benang dan torehan, setiap tetes dan gerakan
Untuk nikmati aroma keberhasilan,
Kita bersabar, kita menempah kualitas diri dan menjaganya agar tak pernah berubah
Dan saat sesuatu berjalan selayaknya, 
Kita setia, patuh pada tatacara, kita lupakan satu, 
Sampingkan sendiri, lalu memupuk kesempurnaan bersama
Karena kapal ini butuh semua tenaga,
Kita bergotong-royong
Lihatlah sesuatu yang dimulai dalam takkan luntur terkikis waktu,
Inilah jiwa indonesia, jiwa yang menciptakan Mahakarya.


Rabu, 11 Maret 2015

Setitik Cerita Manis di Tanah Kajang

Dari sekian banyak perkampungan didaratan Sulawesi, Tanah Kajang menjadi cerita primadona  yang selalu saya ingat takkalah tiba dikota Makassar. Sekalipun kota Metropolis seperti makassar banyak menawarkan keelokan surga moderen dengan gedung-gedungnya yang tinggi, Mall, Warkop tempat tongkrongan anak muda yang bertebaran disudut-sudut kota, atau lampu-lampu penghias kota sepanjang jalan perintis kemerdekaan begitu menawan, maka ini sangatlah berbanding terbalik dan hampir tidak ditemukan jika anda ketanah kajang (Ammatoa) dan saya ingin menulis sebersik cerita ini tentang kisah saya selama disana. 

Kajang adalah daerah pedalaman yang terletak dikabupaten Bulukumba yang jauh dari pusat kota. Orang sulawesi selatan mengenal tanah Kajang sebagai dari wisata yang cukup populer karena masyarakatnya masih memengang erat adat kesukuan. Jika anda pernah kesana saya dapat pastikan bahwa anda sudah tidak asing lagi mendengar kata "Tanah Adat Ammatoa"(begitulah orang menyebutnya disana), kesan pertama saya disana adalah melihat masyarakatnya yang memakai pakaian hitam-hitam hampir seluruh tubuh dan hebatnya masyarakat disana jika beraktivitas tidak memakai sendal sebagai alas telapak kaki alias kaki telanjang ala orang timur. 

Saya cukup kaget melihat masyarakat disana menjalani versi hidup mereka, sekalipun saya anak kampung tapi saya belum pernah melihat seperti itu sewaktu kecil. Jika di Kota Makassar saya menjumpai pernak-pernik kehidupan yang serba moderen maka Tanah adat ammatoa kita disajikan dengan kehidupan perkampungan yang amat sangat tradisional namun cukup memikat hati, saya cukup betah selama disana. Masyarakat disana begitu ramah, menganggap tamu seperti keluarga mereka, seolah hal yang paling sulit untuk dijumpai pada masyarakat kota. 

Inilah yang saya rindukan kalah mengingat Tanah kajang. Masyarakat suku kajang Tanah Toa hidup dalam kesederhaan. Jika anda ingin berkunjung disana, jangan pernah mengharapkan bisa menoton TV atau mendengar Radio atau di waktu tidur anda tidak akan menemukan kasur atau pengalas tempat tidur, semua orang tidur dilantai tanpa pengalas, karena masyarakat disana menganggap bahwa Kasur, TV, Radio, atau semua yang berkaitan dengan produk moderen dapat menjauhkan tanah kajang dari alam dan para leluhur nenekmoyang mereka. Modernitas hanya akan mengancam ikatan kohesi yang telah lama ditanamkan oleh para leluhur karena cenderung menyimpang sehingga masyarakat disana sangat sensitif dengan perubahan pan ala moderen. Bahkan pernikahan saja setiap Laki atau Perempuan (Kajang Dalam) harus orang ditanah mereka sendiri, jika tidak maka para petua Adat tidak akan merestua pernikahan tersebut.

Seluruh pengaulan masyarakat suku Ammatoa di ikat tunduk pada Ammatoa atau petua adat disana, setiap lingkaran sosial masyarakat akan terikat satu sama lain, mereka menuduk pada satu petua saja. Sekalipun beberapa sumber saya temukan bahwa suku kajang telah sedikit mulai tersentuh dengan moderenitas terutama anak-anak muda yang mulai sekolah namun secara umum saya melihat masyarakat disana begitu erat dan dibesarkan dari tradisi "Ammatoa".

Selama disana saya melihat perkampungan warga di pagari lahan-lahan persawahan dan hampir sembilan puluh persen anak-anak di ditanah kajang hidup dan makan dari lahan pertanian dan perkebunan. Pantas saja  orang dewasa dan anak-anak begitu sehat, jarang sakit-sakitan, lagi kebal terhadap penyakit karena mungkin makanan mereka yang serba alami dari hasil hutan bukan makanan olahan produksi pabrik-pabrik konglomerat.

Saya banyak belajar tentang banyak hal selama disana, bukan soal pelajaran mata kuliah seperti yang diajarkan dosen-dosen dikampus, tapi nilai-nilai yang ditanamkan petua adat pada anak-anak disana, semangat kekeluargaan, Gotongroyong, dan sikap lapang dada. Ajaran-ajaran yang rasa membawa saya menyilami kehidupan saya dimasa silam, sewaktu kecil pelajaran ini saya temukan kala baru menaik jejang pendidikan kelas 2 SD Mata Pelajaran Kewarganegaraan (PPKN), terkadang saya sering terseyum sendiri kalau mengingat-ngingatNya.

Maklum saja, mungkin selama dikampus saya diajarakan untuk berdaya kritis segalah apapun, atau bagaimana mengomentari tindakan orang lain sehingga terkadang saya lupa merasakan perasaan orang lain. Suatu yang sangat bedah, sewaktu SD saya diajarkan berlapang dada "rasanya sangat begitu dewasa pandangan ini", namun hampir terlupakan semua sewaktu kuliah. Suatu ritual hidup yang aneh, harusnya di Masa Sekolah Dasarlah kita diajarkan kritis dan setelah kuliah kita mulai diajarkan berlapang dada tentang segalah rasa atau dengan istilah orang timur "Cubitlah kulitmu maka anda akan merasakannya hampir seluruh tubuhmu. Saya cukup beruntung selama disana saya dapat menemukan kembali seperti merefresh kembali ingatan saya.

Jika anda belum pernah kesana, saya sarankan kalau ada waktu silakan berkunjung, mungkin anda akan merasakan banyak pembelajaran yang hampir hilang dari pelupuk mata kita saat ini. Asalkan anda berlaku sopan maka anda akan baik-baik saja.




Minggu, 22 Februari 2015

Dongeng Asal "Bahasa dan Turunan" Nenekmoyang Indonesia

Pernah anda bertanya apa itu indonesia dan Darimanakah asalnya? Bagi saya Indonesia adalah negeri sejuta warna, negeri yang selalu rekat akan persaudaraan, negeri yang membentang dari Sabang sampai Marauke dalam balutan laut samudera yang ditaburi pulau-pulau, lalu bertebaranlah suku-suku disana. Sejak kecil saya telah mendengar cerita para Raja di langit, kisah para dewi berkepala naga di kanyangan, dan kesaktian manusia kera yang mampu membodohi para dewa dilangit, atau kisah-kisah inspirasi kesaktian Jayakatwa dari kediri, Gajah mada dari majapahit, atau para pejuang 45 mendirikan negara ini. Sekalipun orang tuaku hanya tamat Ijazah SR (sekolah Rakyat), mereka cukup pandai bercerita sehingga menginspirsi saya semasa kecil.

Dari sederatan alur cerita menarik itu, terkadang aku mulai melontarkan pertanyaan dari manakah asal nenek moyang kita? Mengapa begitu banyak cerita-cerita berbedah yang membanyangi anak -anak negeri ini. Bukankah kita berasal dari satu turunan yang sama ayah dan ibu dan disanalah bahasa kita dilahirkan? karena Bahasa erat kaitanya dengan asal turunan kita. 

Menurut Mochtar Lubis Bahasa/komunikas adalah "sistem saraf kebudayaan atau masyarakat. kemacetan sistem ini, sebagian atau seluruhnya akan menimbulkan dampak negatif". Bahasa menurut pengertianya adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia, karena dengan bahasa orang dapat berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa adalah sumber daya bagi masyarakat. Suatu bangsa yang besar seperti indonesia sudah tentu harus memiliki satu bahasa untuk sebuah kesepakatan. Saat ini negera kita telah menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan yang dimulai dari ikrar sumpah pemuda indonesia 28 Oktober tahun 1928.

Jika kita membahas bahasa saya selalu merasa penasaran Dari manakah asal bahasa kita,? lalu bagaiman bahasa ini dipakai sebagai alat komunikasi oleh nenekmoyang kita? Sekalipun indonesia telah memiliki bahasa persatuan, tapi kita tidak dapat pungkiri keberadaan jutaan bahasa di suku pedalaman negeri ini harus dijawab oleh kaum intelektual secara logis sehingga jawaban ini akan menjadi untaian makna bahwa negara ini bukan hanya punya cerita mistik tapi juga cerita ilmiah buat generasi. Mungkin asumsi dasar  dimulai dari manakah bahasa kita, dan Bagaimana kaitannya dengan kisah mitologi turunan nenekmoyang kita??

Dalam cerita mitologi Bugis/Makassar (sulawesi) masyarakat bugis/makassar sangat percaya bahwa turunan mereka berasal dari dunia atas yang dapat digambarkan seperti dewa yang dikenal dengan "Tumanurung" dan secara otonomatis bahasa bugis/makassar dapat di lihat dari sosok ini. Disisi lain bagi masyarakat Nias (sumatera) mereka sangat percaya bahwa nenek moyang  "Lowalangi" yakni yang menciptakan semesta serta isinya, digambarkan Lowalangi lah yang menciptakan manusia dari buah biji pohon yang tumbuh dari jantung mahluk hidup pertama sehingga bahasa orang nias erat kaitanya dengan kepercayaan terhadap Lowalangi. Kalau di Jawa masyarakat disana sangat percaya bahwa nenekmoyang mereka berasal dari "Sri maharaja" berasal dari Nabi Adam, atau kepercayaan atas "Dewi Sri" (Dewi padi) sehingga konon jawa menggunakan bahsasa sangsekerta sebagai bahasa utama mereka. Jika masyarakat Bali erat kepercayaan turunanan dengan "Dewa wisnu" yang di lambangkan Burung Garuda sebagai kenderaan menuju ke bumi yang terdapat dalam kitab mereka dan terakhir Mitologi orang Buton sangat percaya bahwa turunan mereka berasal dari "Wakaaka" (Dewi Quang ing) yang turun dari kanyangan (konon katanya memiliki dua belas bersaudara dan merekalah yang menyebarkan bahasa di daratan buton)

Disisi lain kalau mengenai bahasa asal turunan umat manusia versi agama mungkin anda akan memiliki jawaban berbeda. Sewaktu SMA Saya pernah bertanya kepada guru agamaku, pak talib (saya biasa memanggilnya demikian) Dari manakah asal nenekmoyang kita? guru menjawab; nenekmoyang kita berasal dari adam dan hawa. saya bertanya lagi; lalu mengapa negara kita banyak sekali bahasanya, tidakkah seharusnya kita memakai satu bahasa saja yaitu bahasa arab pak guru??. guru saya menjawab: itulah kehendak tuhan, tuhanlah yang mengetahui segalah ciptaanya.

Itulah jawaban yang saya terima dan masih menjadi tanda tanya dipikiranku. Beberapa pernyataan ini saya coba diskusikan dengan mahasiswa antropologi dan para mahasiswa linguistik, namun saya masih belum mendapat jawaban yang cocok dengan isi materi. Secara teori ilmiah anda dapat menemukan referensi bahwa bahasa terjadi atas kesepakatan masyarakat atau beberapa pihak dan kemudian diajarkan secara turun-temurung. pertanyaan saya: berapa lamakah sepekatan itu terjadi atas penemuan "kata atau kalimat" sehingga bisa memiliki arti yang dimengerti orang lain. Bukankah kata "kesepakatan" makna lain dari orang yang berpendidikan, miliki sekolah dengan sederetan gelar sarjana, doktor, Insyur, arti hanya orang-orang yang memiliki pengetahuanlah dan pendidikanlah yang mampu melakukan "kesepakatan untuk membuat bahasa baru". Lalu bagaimana dengan sejarah nenekmoyang kita manusia purba yang tidak mengenal pendidikan, nenekmoyang kita yang hanya mewarisi kita dongeng cerita-cerita mistik?. dan Bukankah negera ini baru memiliki fasilitas pendidikan di zaman orde baru?


Menurut Albert Einsten "mencari kebenaran lebih bernilai dibandingkan menguasainya". Jawaban diatas tidak dapat menjangkau sumber pertanyaan saya. Namun hal demikian selalu dipakai orang ilmiah sebagai jawaban atau alasan pembenaran (tanpa harus menggali lebih dalam)  "Dari manakah asal bahasa kita". Kalau demikian apa bedanya dengan jawaban guru saya pak talib (kehendak tuhan). 

Dalam versi sejarah ilmiah nenek moyang indonesia dimulai sejarah zaman Es leluhur Austro-Melanesia:  Dari leluhur inilah kemudian bertebaranlah masyarakat antara daratan paparan sunda yang mendiami pulau Batak, minang, jawa, dayak, bali, melayu, afrika timur dan madagaskar, lalu setelah zaman es berakhir munculnya orang taiwan datang keindonesia melewati selat antara Taiwan, Philipina, dan Sulawesi kemudian mereka mendiami dataran sulawesi. Inilah pendekatan teori evolusi ala Orang luar menjelaskan sejarah nenekmoyang indonesia kita dan di pakailah oleh sarjana (intelektual) ditanah air untuk diajarkan pada adik-adik kita yang masih kecil, seolah-olah ini kebenaran ilmiah.

Anehnya kita ditidak pernah mengajukan tuntutan bagaimanakah menjelaskan pola lingkaran bahasa dan kebudayaan suku di indonesia? Dapatkah anda menjelaskan itu semua. Lalu bagaimana pandangan orang luar yang menyandang gelar "orang ilmiah" sementara banyak data-data penelitian mereka tentang indonesia di jelaskan berdasarkan asumsi atau perkiraan-perkiraan dengan dalil Pergeseran lempeng bumi. Lalu mereka datang di indonesia meneliti beberapa hal mengaitkan dengan beberapa fakta hasil penemuan seperti jenis batu, tanah, yang sama dengan taiwan atau dataran afrika lalu menyimpulkan sebagai kebenaran ilmiah bahwa dari sanalah awal nenekmoyang kita.

Menurut saya ini kekeliruan, penelitian hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan itu tidak pada diterima sebagai kajian ilmiah. Apakah "Orang Luar" tidak menyadari bahwa bangsa indonesia tercipta unik, memiliki ras dan warna kulit, bahasa, adat, yang tidak dimiliki orang taiwan atau kebudayaan manapun di dunia bahkan juga Yunani (negara Kota). Di Daratan Buton dahulu jaman kerajaan terdapat 72 bahasa sampai hari dapat anda kunjungi daratan itu. Di Daerah Papua yang memiliki banyak bahasa setiap suku dipastikan berbeda baik pengucapan maupun arti dan maknanya. Atau bagaimana dengan sulawesi kebudayaan toraja, bugis, mandar, polewali, luwu. bagaimana dengan Ambon, manado, gorontalo, suku pedalaman kepulauan buru, Dapatkah dijelaskan dengan asumsi ilmiah mengenai "kesepatakan". bahasa. Belum lagi kita melihat bahasa cina yang membuat otak kita terbalik, atau thailand, taiwan, korea, inggris, spanyol, protugal, brazil dan ditanah islam arab. ini tidaklah cukup dengan pendekatan evolusi.

Saya ingin memiliki informasi dengan pendekatan yang logis, bukan asumsi atau perkiraan-perkiraan? jika anda punya asumsi yang sama dengan saya apakah boleh pertanyaan ini sama-sama kita ajukan kepada tuhan dan malaikat.! 

Tentu setiap pertanyaan pasti ada jawaban namun tentu kita juga tidak langsung menerima jawaban-jawaban itu sebagai kebenaran. Sekalipun hanya sebatas imajinasi ala orang timur tapi saya akan selalu mengajukan pertayaan,-pertanyaan tersebut.  Albert Einsten pernah berkata; "imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan".  Harusnya kita mempertanyakan dulu Asal kita sebelum melangkah lebih jauh membahas Konsep atau Ideologi negera ini. Jika memang apa yang dikatakan Soekarno"jangan sekali-kali melupakan sejarahmu" (Jasmerah).

Banyak anak negeri menekuni ilmu di kampus-kampus ternama dunia meskipun kontras dengan budaya kita. Saya memang kurang adil jika harus menyimpulkan siapa yang salah namun bukankah banyak kurikulum atau materi-materi pendidikan yang diberikan dikampus-kampus ternama luar negeri adalah hasil penelitian orang luar tentang kebudayaan Indonesia.  Saya memang belum pernah kuliah keluar negeri tapi berdasarkan sumber dari para dosen, teman-teman mahasiswa yang telah belajar disana, mengatakan demikian, mungkin anda dapat membuktikannya. pantas saja mereka cukup mengenal budaya indonesia dari pada kita, atau asumsi lain bahwa negara ini pernah dijajah 350 tahun lamanya, telah membuktikan kita cukup mudah dikendalikan orang negara adidaya lewat budaya. Saya Ingin menantang Yudi Latif yang telah membongkar sejarah pancasilah dari sisi disiplin ilmu mengenai Fase pancasilah dalam versinya "fase Pembuahan, Fase Perumusan, Fase Pengesahan. Dan juga Dalam sambutan Cover bukunya NEGARA PARIPURNA" mengatakan kepada Ibu pertiwi "Disana tempat lahir beta, Dibuahi, dibesarkan bunda, Tempat berlindung di hari tua, Hingga akhir menutup mata". Menurut saya ini hanyalah untaikan kata yang harus dijawab.






Jumat, 20 Februari 2015

Impian diri

Inspirasi, Mimpi, Cita-cita bisa kita temukan dimana saja termaksud membaca tulisan dibawah ini.

ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, 
betapa sulitnya merubah seluruh dunia ini. 
Lalu aku putuskan untuk mengubah negeraku saja.
ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku,
aku mulai berusaha merubah kota ku,
ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah merubah kota ku.
maka aku mulai mengubah keluargaku,
kini aku semakin tua rentah, akupun tak bisa mengubah keluargaku.
aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

tiba-tiba aku tersadarkan bila saja aku mengubah diriku sendiri sejak dulu
aku pasti bisa mengubah keluarga dan kota ku.
pada akhirnya aku akan mengubah negaraku, dan
Akupun bisa mengubah seluruh dunia.

Tulisan ini saya petik dari internet, aku ingin mencantumkan nama pengarangnya tapi sayangnya tidak nampak sampai vidoe itu selesai.

Mungkin anda akan mengajukan pertanyaan mengapa aku posting diblog ini. Sebenarnya berkaitan dengan emosi saya yang telah lama ada dalam pikiran saya. Setiap kali aku ingin mengeluarkanya namun tidak tersusun rapi. Aku berimakasih kepada yang mengungga video tulisan ini. Sejak aku kecil aku tidak memiliki mimpi. Seringkali saya ditanya apa impian terbesarmu, namun tidak pernah saya jawab. Mungkin saja karena aku belum mengerti harus memulai menjawab pertanyaan-pertanyaan itu..

Lalu bagaimana dengan anda?? Semoga terinspirasi.


Seperti Pramoerdya Ananta Toer

Diantara para seniman Indonesia pramoerdya adalah sosok maestro yang telah melalangbuana karya-karya di banyak negara-negara di dunia. Karya pram telah menyihir banyak pemuda Indonesia untuk mengangkat tongkat perlawanan atas segelah penyelewenangan di negeri ini. Saya memang tidak pernah bertemu  Bung Pram sosok yang karismatik sampai ia meninggal pada tanggal 30 april 2006. Namun karya seninya telah menginspirasi saya tentang arti tanggung jawab sebagai seorang intelektual. Sekalipun ia telah meninggal namun karya tak lekang oleh waktu. Bagi anda yang merasa bosan, jenuh, stress, dengan teori yang menggumpal di kepala setelah membaca Buku-buku sosial sederatan penulis ternama, jalan keluarnya saya sarankan bacalah sastra untuk menghijaukan kembali pikiran-pikiran yang menggundul itu.

Hasil gambar untuk gambar pramoedya ananta toer
Terlepas dari segalah kontrovesi kehidupan pram dimasa lalu, saya ingin melihat sosok ini sebagai panutan dalam menghasilkan karya. karena menurut saya sosok peseni yang kontrovesilah yang justru banyak menginspirasi banyak orang, membangkitkan semangat, maju, maju, keluarkan suaramu yang menggumpal dileher itu. Kalau anda takut akan kebenaran maka kita seperti hewan liar di belantara hutan.
Dalam satu tulisanya pramoerdya mengatakan "kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama dengan ternak, karena fungsi hidupnya beternak diri". Entalah apa yang mau pram tekankan disini, tapi menurut saya pram marah karena banyak sekali pemuda yang hanya tunduk, dan tidak berani berbuat apa atas semua penyelewengan, penyimpangan, para antek-antek penjabat negeri ini.

Dari sekian foto-foto pramoerdya inilah ekspresi wajah pram yang paling aku suka. Dari ekspresi wajahnya ia nampak begitu serius, mungkin saja dalam hatinya ingin berkata "inilah aku, sekalipun beberapa kali aku tahan oleh pemerintah sendiri, di ombang-ambing di buang kesudut-sudut negeri ini, aku akan tetap melahirkan karya untuk anak negeri ini, disana mereka akan mengerti bahwa tantangan besar negeri ini adalah melawan diri kita sendiri, melawan negeri kita sendiri".

Lihatlah wajah dan penampilan pram, memakai baju batik berlengan panjang dengan kancing lengan hitam, memakai topi dan kacamata seperti sosok pria playboy di masanya. Namun kenyataanya dimasa mudanya pram banyak menghabiskan waktunya di ruang tahanan negeri ini. Mungkin Gaya style beliau di tunjukan dengan keberanian melawan penindasan, melalui karya seninya. beliau sosok pria sangat keren..!!

Saya melihat andaikan saja pram memiliki kebebasan seperti generasi saat ini, mungkin dia akan banyak melahirkan karya untuk merubah kenyataan negeri ini. kenyataan yang telah membuat pemuda tidak memiliki arah bahkan runtuhnya keberanian terjadi kalusi korupsi dan nepotisme yang menjarah para pemuda, seakan tak ada celah bagi benih-benih perubahan. Sekalipun pemerintah visi misi presiden Jokowi/JK adalah revolusi mental, namun kiat itu kurang menyentak hati anak pemuda pelosok negeri yang telah tenggelam oleh topan reformasi.

Saya mungkin salah satu anak negeri yang hanya menerima kenyataan begitu saja dikalah negeri ini kehilangan sosok panutanya. membaca tidak selalu menggugah emosi saya namun karya pram mengingatkan saya kembali "kita semua harus menerima kenyataan tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru, kalau tak ada orang yang mau bikin kenyataan baru, maka "kemajuan" sebagai kata dan makna sepatutnya diharuskan dari kamus umat manusia".(sumber rumah kaca. hal. 436)

Bagi saya perkataan ini seolah ingin menegaskan bahwa kita tidak boleh berleha-leha dengan kondisi negeri ini, tanggung jawab kaum intelektual begitu banyak, negeri ini hancur bukan karena banyaknya orang bodoh di pelosok negeri, tapi negeri ini telah hancur karena kaum intektualnya sendiri, sistem pendidikan yang telah di alokasikan 20% negeri ini hanya bisa melahirkan pemuda intelektual yang serakah, bukan untuk membangun negeri tapi malah melawan dan meruntukah pondasi yang telah di bangun oleh pendiri bangsa dengan cucuran darah.

Inilah negeri yang di impian oleh pendiri bangsa yang tak menjadi kenyataan, keserakahan yang telah membaur dalam diri sendiri, saling tikam-menikam, seolah generasi yang tak mengenal batas pahamnya sendiri. Bukankah kita harus saling berpegangan tangan kala masalah menghadang, bukankah nenekmoyang kita  mengajarkan kita tentang arti persaudaraan. Seperti pram katakan "Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain, harus semakin mengenal batas". ya inilah yang harus senantiasa kita renungkan, pendiri bangsa kita telah mengantar kita kedepan pintu gerbang.

Tapi apapun itu, saya juga belum mampu berbuat apa-apa, bahkan untuk berkata jujur pada teman saya masih kesulitan apalagi berbuat adil untuk negara. Sehingga saya hanya bisa menulis di blog ini, untuk mencari sesuap jawaban. bukankah kita harus menulis kawan, seperti pram katakan "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".



                                            Berterimakasihlah pada segalah yang memberi kehidupan.
                                                     Pramoerdya ananta toer, Bumi manusia


Selamat jalan pramoerdya ananta toer, Senimu takan luntur terkikis waktu.


Kamis, 19 Februari 2015

Raja Dunia

Hasil gambar untuk gambar uangApakah anda sepakat bahwa uang adalah Raja Dunia (money is King Of the World)?. Bagi kaum Feodal (tuan tanah) mungkin uang sebagai alternatif untuk mengendalikan hasrat seseorang. Anggapan ini harus menjadi pembenaran atas semua kejadian ditengah-tengah kemoderenan zaman. di abad ke 19 sekolompok kaum feodal mengkamuflasekan diri dalam bentuk ideologi kapitalisme yang mengatur sejumlah cara berpikir manusia  melalui pengaturan keuangan pasar. inilah paham negera-negara maju untuk meluruskan kebijakan faham neolib.

Saya memang kurang begitu tahu tentang pengelolaan uang di arena pasar, setahu saya para orang tua ditanah Buton di awal fase perdagangan dimulai dengan sistem barter (barang dengan barang) sebagai nilai tukar sejak zaman berdirinya kerajaan Buton 1332 M  sampai masa kesultanan. Untuk mendapatkan sebuah barang para nenekmoyang buton  tidak perlu banyak mekanisme sistem yang mengatur di pasar.

Ini pula terjadi pada sejarah tertua nusantara, para nenekmoyang indonesia banyak melakukan perdagangan di berbagai wilayah. saya masih ingat kakek saya, semasa kecilku ia adalah  pria tangguh yang mampu menembus jajirah negara Singapore untuk melakukan perdagangan. kakek saya seperti indiana jones penjelajah angkasa nusantara dengan kapal kecil seperti kapal Finisi ala orang Buton. 

Kakek saya belum mengenal sistem pasar bebas (neoliberalisme) yang diketahui oleh generasi saat ini. jika manusia moderen telah menggunakan teknologi kompas (GPS) untuk mengetahui arah angin menentukan titik tujuan untuk mendapatkan uang maka kakek saya memakai kompas sang kuasa ilahi (Berdasarkan petunjuk bintang-bintang di angkasa). 

Bagi saya kisah ini telah memberikan makna mendalam tentang arti perkembangan zaman. Mungkin saja kakek saya akan kaget kalau melihat uang bukan hanya sebagai alat tukar yang diketahui  di masa zamannya tetapi telah menjadi ukuran nilai sosial seolah Raja untuk menentukan masa depan anak-anak cucunya. Mungkin kakek ku Pernah memimpikan masa-masa saat ini, namun yang tak terpikir oleh kakekku bahwa uang telah membuat anak cucunya menjadi serakah.

Apakah mungkin ini kesalahan zaman yang tengah memposisikan uang sebagai raja? Ataukah mungkin cucunya yang tidak siap dengan hadirnya era moderen?

Menurut saya tidak ada yang perlu disesali, setiap zaman punya masa keemasanya. Kehadiran paham manusia ekonomicus telah membawa pertentangan antara kaum Kapitalis dan kaum Sosialis kemeja pendidikan. yang perlu kita telaah adalah bagaimana memaknai zaman tanpa harus merubah karakter kita menjadi orang indonesia. tidak menjadi koloni dari bangsa-bangsa barat yang menggunakan uang sebagai imperium life liberty mereka.

Saya memahami banyak kesederhanaan hidup dari kakek saya, mampu menembus daratan singapore tanpa harus mengalami dekolonialisasi dari negara lain, jangan lagi seperti yang dikatankan Pramoedya ananta Toer "Indonesia adalah negeri para budak, budak diantara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain". Sekitar jutaan tahun terciptanya Gugusan pulau-pulau negeri ini, ia telah melewati berbagai fase zaman, tidak ada sepetah kata dari nenekmoyang indonesia yang mengajarkan anak cucunya untuk mengenal uang sebagai Raja kehidupan, Negeri ini hanya mengenal satu nama "kita adalah Indonesia, negeri yang tak pernah luntur seiring berjalanya zaman, tetap tunduk pada nilai-nilai kesederhanaan, walaupun ribuan pulau memisahkan kita, Jiwa Indonesia terpatri dalam dada Garuda yang melebarkan sayap dan menawarkan punggungnya untuk anak-anak Nusantara.  Itulah jiwa kesederhanaan nenek moyang kita yang terlisan dalam balutan nilai-nilai pancasilah".





Ekspedisi penemuan jejak sejarah Tanah Lotong di Sulawesi

Apa yang terlintas di pikiran jika saya mengajukan pertayaan pernah anda mendengar nama "Tanah Lotong"? (sekedar prediksi saya) Pasti anda langsung menanyakan kembali pertayaan yang sama kepada saya.
Sumber foto: Wahyu Chandra
Desa Kalumpang, Kecamatan Kalumpang, kampung tua yang berada di lereng bukit dan pegunungan, tempat berdiam komunitas adat Tana Lotong. Sebagaimana namanya, Tana Lotong, yang berarti tanah yang subur, wilayah ini sangat subur dimana sebagian warganya hidup bergantung dari hasil pertanian dan kebun.Foto: Wahyu ChandraSekitar 1000 tahun peradaban Nusantara hanya memimpikan sebilah pengetahuan dari mistis, anak-anak negeri ini telah didengarkan dengan cerita eskantologis Mahabarata antara Pandawa dan Kurawa. Atau kisah-kisah hebat patih Gajah Madha dan kerajaan-kerajaan di tanah jawa. Takalah jejak historian Nusantara ditentukan dari lahirnya sejarah-sejarah di tanah jawa. Saya kurang mendengarkan suara orang timur yang menceritakan kisah hebat nenekmoyang mereka yang berada diufuk matahari terbit.

Saya pernah membaca pandangan Bryan S. Turner tentang padangan kaum Orientalisme yang dapat saya gambarkan adalah cara paling tepat untuk menemukan kebenaran (tesis) sejarah adalah dengan bongkar wacana sejarah itu sendiri. Disana kita akan menemukan segerobak jawaban atas opini yang selama ini masih menjadi pekerjaan rumah kaum intelektual.

Kerangka pikir yang harus selalu dicobah oleh para kaum intelektual demi menemukan setitik benih-benih jawaban atas setiap proses perjalanan sejarah manusia demi menemukan buah manis arti Sang Maha Pencipta alam. 

Tanah lotong (masyarakat disana menyebutnya demikian) adalah daerah pedalaman sulawesi tepatnya di kabupaten mamuju yang tertelan hingar-bingar sejarah indonesia. Bersadarkan hasil wawancara saya dengan La ode Sahabar (Mahasiswa sastra Unhas yang meneliti 3 minggu di Tanah Lotong) Tanah lotong diartikan tanah subur, diberkati dengan sumber mata air bersih, dipagari oleh bukit-bukit, dan hutan yang asri. kehidupan masyarakat begitu tentram dan damai. 

Mungkin saja Plato pernah mengungkapkan teori bahwa politik adalah cara mendapatkan kehidupan yang baik dalam mencapainya diperlukan seperakat sistem untuk mengatur capaian itu. Namun serumit itukah untuk menujuh ke damaian di bumi sulawesi?. Saya begitu penasaran rupa masyarakat Adat Tanah Lotong telah lama menerapkan sistem kehidupan yang baik, disana masyarakatnya sekalipun kurang tersentuh oleh budaya moderen, namun sikap toleransi masyarakat begitu tinggi yang selalu dipegang atas warisan sejarah nenek moyang mereka. hasil wawacara Laksana Agus Saputra dkk. (kompas. com) atas Robert eli sipayo dikatakan kalau masyarakat tanah lotong mereka hidup aman tentram dan damai, tidak ada Pembunuhan, Pencurian dan Perampokan, 

Masyarakat tanah lotong telah mewarisi  tingkat pemahaman konsep arti kebersamaan, bahkan bisa saja mereka lebih unggul dari manusia moderen yang cenderung mengabaikan etika. Simbol warisan yang tak pernah luntur. Keberanaan tanan lotong mengingatkan Sejarah untuk menujuk kompas baru arah ilmu pengetahuan. Dikutip hasil wawancara La Ode Sahabar atas  Robert Eli Sipayo; Tanah Lotong adalah peradaban pertama Manusia di Nusantara. Di Laporkan para Arkeolog luar negeri di Desa Kalumpang ditemukan kebudayaan Austronesian masa Prasejarah yang pernah di kunjungi oleh manusia Austronesian bekas sejarah diantaranya tembikar sebagai penanda utama kebudayaan austronesian.

Menurut agus Arif munandar (Departemen Arkeolog FIB UI) Austronesian adalah istilah yang diciptakan para sarjana ketika harus menjelaskan kebudayaan pra sejarah di kawasan asia tenggara. manusia pra sejarah awalnya menetap di suatu wilayah kemudian melakukan diaspora keberbagai wilayah lainya dalam rentang area yang luas kemungkin terjadi migran sekitar 6000 SM hingga pada awal Masehi. Saat ini Tanah lotong adalah sederet kisah peradaban manusia dimasa lalu yang hilang ditelan zaman

Ekspedisi tanah lotong telah membawa jiwa penasaran saya untuk mengunjungi wilayah itu. Sekalipun belum bisa dikatakan sebagai kebenaran sejarah, namun kisah tanah lotong menjadi sesuatu yang menarik bagi saya untuk dijadikan sajian referensi rumah intelektual dalam memahami kebenaran sejarah asal mula peradaban manusia Nusantara.

Saya mengutip kata Zakir naik (Misionaris islam) seiring berjalannya waktu ilmu pengetahuan serupa belokan dan tikungan semacam berbentuk huruf U. Sehingga perlu ada kajian mendalam dengan analis kritis atas sejumlah literatur yang bertebaran dilangit-langit intelektual. Mungkin saja kisah tanah lotong akan membawa inspirasi baru bagi kaum Antropologi dan Arkeologi untuk menemukan khazana di tengah kemandulan kita melihat sejarah manusia.

Sehingga anak-anak nusantara tidak hanya disuguhkan cerita peradaban suku-suku di pulau Tanah Jawa tapi ada pembanding agar semakin menarik memahami keberagaman indonesia. Anak-anak nusantara harus di dengar fakta sejarah bukan hanya dongeng yang membelenggu pengetahuan generasi timur. Menggali potensi segalah sudut pengetahuan dan kebudayaan manusia adalah cara paling mujarap untuk memahami surga dunia yang telah disiapkan oleh sang Maha Esa untuk ditemukan sebagai pembelajaran manusia dalam memahami rahasia tuhan Sang jagat Raya.

Pertanyaan mendasar' Apakah benar Tanah Lotong merupakan sejarah Awal Manusia Nusantara? atau Mungkin hanya Bekas pejalanan manusia zaman Prasejarah di Indonesia? Ataukah hanya bagian dari sisi lain kebudayaan di Indonesia?. Silakan anda cari sendiri jawabanya!!

Tulisan ini hanya setitik embun betapa banyaknya pekerjaan rumah buat gerenerasi untuk terus memperbaharui informasi ilmu pengetahuan yang membelok seperti tingkungan. Indonesia adalah bukti jejak kebudayaan manusia yang harus terus di kaji oleh sejarah.